Berkurangnya
ruang terbuka hijau menyebabkan berkurangnya permukaan yang dapat
meresapkan air ke dalam tanah di kawasan pemukiman. Peningkatan
jumlah air hujan yang dibuang karena berkurangnya laju peresapan air ke
dalam tanah; akan menyebabkan banjir pada musim hujan dan kekeringan
pada musim kemarau. Peresapan air hujan yang efektif perlu
dilakukan untuk mengurangi aliran permukaan serta untuk memelihara
kelembaban tanah, dan menambah cadangan air tanah (ground water). Dengan
demikian dapat mencegah keretakan tanah yang memicu terjadinya
kerusakan bangunan, jalan dan saluran drainase; serta dapat mencegah
keamblesan tanah (subsidence) dan intrusi air laut karena kosongnya pori tanah akibat penyedotan air bawah tanah yang berlebihan.
Lubang Resapan Biopori atau biasa disebut “lubang biopori”
merupakan metode alternatif untuk meningkatkan daya resap air hujan ke
dalam tanah. Metode ini pertama kali dicetuskan oleh Dr. Kamir R. Brata,
seorang peneliti seorang peneliti dan dosen di Departemen Ilmu Tanah
dan Sumber Daya Lahan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Lubang Resapan
Biopori berupa sebuah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke
dalam tanah. Lubang ini akan memicu munculnya biopori secara alami di
dalam tanah.